Atheists for Jesus
From Iaprojects
m (Translation:Dawkins - Atheists for Jesus moved to Atheists for Jesus) |
|||
(6 intermediate revisions not shown) | |||
Line 1: | Line 1: | ||
+ | __NOEDITSECTION__ | ||
<!-- ORIGINAL ARTICLE --> | <!-- ORIGINAL ARTICLE --> | ||
{| id="mp-upper" style="margin:0 0 0 0; background:none;" | {| id="mp-upper" style="margin:0 0 0 0; background:none;" | ||
Line 23: | Line 24: | ||
It was not just the facts of nature, among which he singled out the larvae of Ichneumon wasps and their habit of feeding within the bodies of live caterpillars. The theory of natural selection itself seems calculated to foster selfishness at the expense of public good, violence, callous indifference to suffering, short term greed at the expense of long term foresight. If scientific theories could vote, evolution would surely vote Republican. My paradox comes from the un-Darwinian fact, which any of us can observe in our own circle of acquaintances, that so many individual people are kind, generous, helpful, compassionate, nice: the sort of people of whom we say, "She's a real saint." Or, "He's a true Good Samaritan." | It was not just the facts of nature, among which he singled out the larvae of Ichneumon wasps and their habit of feeding within the bodies of live caterpillars. The theory of natural selection itself seems calculated to foster selfishness at the expense of public good, violence, callous indifference to suffering, short term greed at the expense of long term foresight. If scientific theories could vote, evolution would surely vote Republican. My paradox comes from the un-Darwinian fact, which any of us can observe in our own circle of acquaintances, that so many individual people are kind, generous, helpful, compassionate, nice: the sort of people of whom we say, "She's a real saint." Or, "He's a true Good Samaritan." | ||
- | We all know people (is it significant that the ones I can think of are mostly women?) to whom we can sincerely say: "If only everybody were like you, the world's troubles would melt away." The milk of human kindness is only a metaphor but, | + | We all know people (is it significant that the ones I can think of are mostly women?) to whom we can sincerely say: "If only everybody were like you, the world's troubles would melt away." The milk of human kindness is only a metaphor but, naïve as it sounds, I contemplate some of my friends and I feel like trying to bottle whatever it is that makes them so kind, so selfless, so apparently un-Darwinian. |
Darwinians can come up with explanations for human niceness: generalisations of the well-established models of kin selection and reciprocal altruism, the stocks-in-trade of the 'selfish gene' theory, which sets out to explain how altruism and cooperation among individual animals can stem from self-interest at the genetic level. But the sort of super niceness I am talking about in humans goes too far. It is a misfiring, even a perversion of the Darwinian take on niceness. Well, if that's a perversion, it's the kind of perversion we need to encourage and spread. | Darwinians can come up with explanations for human niceness: generalisations of the well-established models of kin selection and reciprocal altruism, the stocks-in-trade of the 'selfish gene' theory, which sets out to explain how altruism and cooperation among individual animals can stem from self-interest at the genetic level. But the sort of super niceness I am talking about in humans goes too far. It is a misfiring, even a perversion of the Darwinian take on niceness. Well, if that's a perversion, it's the kind of perversion we need to encourage and spread. | ||
Line 60: | Line 61: | ||
Tentu saja Yesus adalah seorang theist, tapi itu adalah bagian yang paling tidak menarik darinya. Dia adalah seorang theist, karena pada waktunya, semua orang adalah seorang theist. Ateisme bukanlah sebuah pilihan pada waktu itu, bahkan untuk seorang pemikir yang seradikal Yesus. Yang sebenarnya menarik perhatian dan luar biasa terhadap Yesus bukanlah kenyataan yang sudah jelas bahwa dia percaya pada tuhan dari agama Yahudinya, tetapi bahwa dia memberontak terhadap banyak aspek dari Yahweh yang menjijikan dan menyimpan dendam. Setidaknya di dalam pengajaran yang didirikan untuknya, dia secara terbuka mendukung kebaikan dan merupakan salah satu dari yang pertama yang melakukannya. Untuk mereka yang masuk ke dalam kekejian a la Syaria seperti di dalam Keluaran dan Imamat, kepada mereka yang dibesarkan di dalam ketakukan terhadap tuhannya Abraham dan Ishak yang mirip Ayatollah dan penuh dendam, sesosok pengkotbah muda yang karismatik yang mengotbahkan pemaafan yang ikhlas pasti adalah sesuatu yang begitu radikal sampai pada titik subversi. Janganlah heran bahwa pada akhirnya mereka memaku dia. | Tentu saja Yesus adalah seorang theist, tapi itu adalah bagian yang paling tidak menarik darinya. Dia adalah seorang theist, karena pada waktunya, semua orang adalah seorang theist. Ateisme bukanlah sebuah pilihan pada waktu itu, bahkan untuk seorang pemikir yang seradikal Yesus. Yang sebenarnya menarik perhatian dan luar biasa terhadap Yesus bukanlah kenyataan yang sudah jelas bahwa dia percaya pada tuhan dari agama Yahudinya, tetapi bahwa dia memberontak terhadap banyak aspek dari Yahweh yang menjijikan dan menyimpan dendam. Setidaknya di dalam pengajaran yang didirikan untuknya, dia secara terbuka mendukung kebaikan dan merupakan salah satu dari yang pertama yang melakukannya. Untuk mereka yang masuk ke dalam kekejian a la Syaria seperti di dalam Keluaran dan Imamat, kepada mereka yang dibesarkan di dalam ketakukan terhadap tuhannya Abraham dan Ishak yang mirip Ayatollah dan penuh dendam, sesosok pengkotbah muda yang karismatik yang mengotbahkan pemaafan yang ikhlas pasti adalah sesuatu yang begitu radikal sampai pada titik subversi. Janganlah heran bahwa pada akhirnya mereka memaku dia. | ||
+ | |||
+ | "Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Tetapi aku berkata kepadamu Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkan juga jubahmu. Dan siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. Berilah kepadaorang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu. Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu." | ||
+ | |||
+ | Bahan kedua saya adalah sebuah paradox yang lain, yang bermula dari bidang saya sendiri, Darwinisme. Seleksi alam adalah sebuah proses yang sangat berantakan, seperti yang dikatakan oleh Darwin sendiri. | ||
+ | |||
+ | "Buku apa yang dapat ditulis oleh seorang pendeta setan tentang karya alam yang teramat kejam, begitu rendah, boros, dan ceroboh" | ||
+ | |||
+ | Bukanlah hanya dari fakta-fakta alam, yang termasuk di dalamnya dia meneliti larva dari tawon Ichneumon dan kebiasaan makan nya di dalam ulat hidup. Teori seleksi alam itu sendiri tampaknya menghitung-hitung untuk menyuburkan keegoisan dengan membayar harga dari kebaikan publik, kejahatan, ketidakpekaan yang tak berperasaan terhadap penderitaan, keserakahan jangka pendek yang dibayar oleh kebutuhan masa depan. Jika teori ilmiah dapat memilih dalam pemilu, teori evolusi hampir dapat dipastikan akan memilih orang partai Republik. paradox saya datang dari fakta yang tidak Darwinian, yang dapat diamati oleh setiap kita di dalam lingkup kenalan kita sendiri, bahwa begitu banyak orang2 yang baik, murah hati, suka menolong, perhatian: jenis orang2 yang bagi siapa kita dapat mengatakan, "Dia adalah orang suci." atau, "Dia benar-benar soerang Samaria yang baik hati" | ||
+ | |||
+ | Kita semua mengenal orang-orang (tidakkah signifikan bahwa dari mereka yang dapat kupikirkan sebagian besarnya adalah wanita?) yang kepada mereka kita dapat mengatakan dengan tulus “Jika saya semua orang seperti kamu, segala permasalahan di dunia akan mencair.” Sumber kebaikan manusia hanyalah sebuah metafora, naïf seperti kedengarannya, saya merenungkan beberapa teman saya dan saya merasa seperti berusaha untuk menangkap apapun itu yang membuat mereka sangat baik, sangat tidak egois, tampak sangat jelas tidak Darwinian. | ||
+ | |||
+ | Para Darwinian dapat menjebrolkan penjelasan-penjelasan atas kebaikan manusia: generalisasi contoh-contoh yang baik dari seleksi kekerabatan dan altruisme timbal-balik, instrumen dari teori ''‘selfish gene’'' (gen egois), yang mulai untuk menjelaskan bagaima altruisme dan kerjasama antara hewan-hewan individual dapat berakar dari keegoisan pada level genetic. Tetapi jenis kebaikan super yang sedang saya bicarakan dalam manusia terjadi terlalu jauh. Itu adalah sebuah kegagalan, bahkan sebuah kemurtadan oleh Darwinian mengandung kebaikan. Jika itu adalah sebuah kemurtadan, maka itu adalah jenis kemurtadan yang harus kita dukung dan sebarkan. | ||
+ | |||
+ | Kebaikan-super manusia adalah sebuah kemurtadan Darwinisme karena, dalam sebuah populasi liar, ia akan dikalahkan oleh seleksi alam. Ia juga, meskipun saya tidak memiliki ruang untuk melanjutkan ke detail tentang bahan ketiga dari resep saya ini, kemurtadan yang jelas dari sejenis teori pilihan yang rasional yang dengannya para ekonomis menjelaskan perilaku manusia sebagai terkalkulasi untuk memaksimalkan keuntungan pribadi. | ||
+ | |||
+ | Mari lebih berterus terang. Dari sudut pandang pilihan rasional, atau dari sudut pandang Darwinian, kebaikan super manusia hanyalah kebodohan belaka. Dan benar, itu adalah jenis kebodohan yang perlu didukung – yang merupakan tujuan dari artikel saya. Bagaimana kita dapat melakukannya? Bagaimana caranya kita dapat menggunakan minoritas manusia-manusia super baik yang kita semua kenal, dan meningkatkan jumlah mereka, mungkin sampai mereka bahkan menjadi mayoritas dalam populasi? Dapatkah kebaikan super dipaketkan dalam sebuah bentuk yang diturunkan dalam generasi ke generasi dalam pembengkakan tradisi dari penyebaran longitudinal? | ||
+ | |||
+ | Jadi, apakah kita tahu cpntph-contoh yang dapat diperbandingkan, dimana ide-ide bodoh dikenal menyebar luas seperti wabah? Benar, oleh Tuhan! Kepercayaan-kepercayaan religius tidaklah rasional. Kepercayaan-kepercayaan religius adalah bodoh dan lebih bodoh lagi: super bodoh. Selain itu agama menggiring orang-orang yang percaya kedalam biara-biara untuk berselibat, atau menghancurkan diri ke gedung pencakarlangit New York. Agama memotivasi orang-orang agar mencambuki punggung mereka sendiri, agar membakar diri mereka sendiri atau anak perempuan mereka, agar mengadukan nenek mereka sendiri sebagai penyihir, atau, dalam kasus yang paling tidak ekstrim, hanya untuk berdiri atau berlutut, minggu demi minggu, melalui upacara-upacara penuh kebosanan. Jika masyarakat dapat dipengaruhi oleh kebodohan yang membahayakan diri sendiri itu, mempengaruhi mereka dengan kebaikan seharusnya semudah permainan anak2. | ||
+ | |||
+ | Kepercayaan-kepercayaan religius hampir pasti menyebar dalam bentuk wabah dan, bajkan lebih jelas lagi, diturunkan dalam generasi untuk membentuk tradisi-tradisi longitudinal dan memajukan peraturan-peraturan setempat yang tidak rasional. Kita mungkin tidak mengerti mengapa manusia berperilaku aneh yang disebut religius, namun adalah fakta yang nyata bahwa mereka memang melakukannya. Keberadaan agama adalah bukti bahwa manusia dengan berhasrat mengadopsi kepercayaan-kepercayaan irasional dan menyebarkannya, baik secara longitudinal dalam tradisi-tradisi maupun secara horizontal dalam wabah penyebaran agama Kristen. Dapatkah kerentanan ini, keringkihan yang nyata sampai infeksi terhadap kerasionalan ini, diterapkan murni untuk kebaikan? | ||
+ | |||
+ | Manusia tidak diragukan memiliki kecenderungan kuat untuk belajar dari tokoh-tokoh panutan dan menirunya. Dalam keadaan yang menguntungkan, akibat-akibat pewabahan dapat menjadi dramatis. Gaya rambut seorang pemain bola, selera berpakaian seorang penyanyi, gaya bicara pembawa acara suatu pertunjukan, Keanehan remeh seperti itu dapat menyebar dalam kelompok usia yang mudah dipengaruhi seperti virus. Indusrti periklanan secara professional ditujukan untuk ilmu - atau mungkin merupakan seni - meluncurkan wabah unit budaya dan memelihara penyebarannya. Kekristenan sendiri disebarkan dengan teknik-teknik yang sama, mulanya oleh St Paul dan kemudian oleh para pendeta dan para misionari yang secara sistematis berangkat untuk meningkatkan jumlah perubahan yang berubah menjadi pertumbuhan yang eksponen. Dapatkah kita mencapai pertumbuhan eksponensial jumlah orang-orang super baik? | ||
+ | |||
+ | Minggu ini saya ikut serta dalam sebuah pembicaraan publik di Edinburgh dengan Richard Holloway, mantan uskup di kota yang indah itu. Uskup Holloway telah dengan nyata menumbuhkan dengan pesat supernaturalisme yang mana masih dicirikan oleh sebagian besar orang Kristen dalam agama mereka (ia menggambarkan dirinya sendiri sebagai ''post-Christian'' dan seorang ''‘recovering Christian’'' (Kristen yang menyembuhkan). Ia memegang teguh penghargaan akan karya puisi mitos religius, yang sudah cukup untuk membuatnya tetap ke gereja. Dan dalam berjalannya sesi diskusi Edinburgh ini ia membuat suatu usulan yang langsung tepat pada inti yang ingin saya sampaikan. Meminjam sebuah mitos puitis dari dunia matematika dan kosmologi, ia menggambarkan umat manusia sebagai sebuah ‘keanehan’ dalam evolusi. Ia memaksudkan tepat apa yang saya sedang bicarakan dalam tulisan ini, walaupun ia mengekspresikannya secra berbeda. Munculnya kebaikan super manusia adalah sesuatu yang tidak pernah terjadi sebelumnya dalam empat juta tahun sejarah perevolusian. Tampaknya, setelah keanehan Homo sapiens, evolusi tidak akan pernah sama lagi. | ||
+ | |||
+ | Tanpa pengaruh ilusi, karena Uskup Holloway bukan ilusi. Keanehan adalah sebuah produk kecerobohan evolusi itu sendiri, bukan merupakan ciptaan dari intelegensia manapun yang belum berevolusi. Keanehan tersebut dihasilkan dari evolusi alami otak manusia yang, dibawah pemaksaan tak beralasan seleksi alam, diperluas sampai pada titik dimana, semua tidak terduga, mengalahkan ditinya sendiri dan mulai berperilaku gila dari sudut pandang ''selfish gene'' (gen keegoisan). Kesalahan yang paling transparan dari orang-orang yang tidak sepaham dengan teori Darwin adalah kontrasepsi, yang memisahkan kenikmatan seksuak dari fungsi alaminya sebagai penyebaran gen. Kegagalan yang lebih halus termasuk pencarian intelektual dan artistik yang oleh pencerahan ''selfish gene'' dinilai menyia-nyiakan waktu dan enegri yang seharusnya digunakan untuk bertahan hidup dan bereproduksi. Otak besar menerima ramalan murni, sebuah pencapaian evolusioner yang tidak pernah terjadi sebelumnya: menjadi mampu untuk mengkalkulasi akibat-akibat jangka-panjang dibalik keuntungan jangka-pendek. Dan, setidaknya pada sebagian individual, otak mengalahkan dirinya sendiri sampai pada batas menuruti kebaikan super itu yang keberadaanya yang aneh merupakan paradox inti dari tesis saya. Otak besar dapat menerima mekanisme-mekanisme yang bersifat mengendalikan dan mencari-tujuan yang awalnya merupakan faktor pendukung bagi kebijakan ''selfish gene'', dan mengalihkannya ( menumbangkan? Menyalahgunakan?) dari tujuan-tujuan Darwinian ke jalan-jalan yang lain. | ||
+ | |||
+ | Saya bukan insinyur yang bertradisi, dan saya memiliki gagasan yang sangat sedikit tentang bagaimana meningkatkan jumlah kebaikan super dan menyebarkan tradisi mereka melalui kolam tradisi. Yang terbaik yang dapat saya tawarkan adalah apa yang saya harapkan dapat menjadi slogan yang menarik. ‘Atheis untuk Yesus’ akan menarik untuk sebuah kaus. Tidak ada alasan yang kuat untuk memilih Yesus sebagai ikon, daripada tokoh panutan lain dari jajaran super baik seperti Mahatma Gandhi (bukan Mother Teresa yang munafik dan menyebabkan kedengkian, bukan dia). Saya pikir kita berhutang pada Yesus sebuah penghargaan untuk memisahkan etika-etika murninya yang radikal dari omongkosong supernatural yang tidak dapat dihindari menyertainya sebagai seorang manusia pada jaman itu. Dan mungkin dampak oxymoron dari ‘Atheis untuk Yesus’ adalah apa yang dibutuhkan untuk membuat suatu permulaan tradisi kebaikan super dalam sebuah lingkungan masyarakat ''post-Christian''. Jika kita memainkan kartu kita dengan benar – dapatkah kita membawa masyarakat dari lembah Darwininan ke pegunungan pencerahan ''post-singularity'' (setelah terjadinya keanehan) yang lebih baik dan penuh kasih? | ||
+ | |||
+ | Saya rasa Yesus yang lahir kembali akan mengenakan Kaus itu. Telah menjadi biasa bahwa, jika ia kembali hari ini, ia akan sakit hati untuk apa yang telah dilakukan mengatasnamakannya, oleh orang-orang Kristen mulai dari Gereja Katolik sampai fundamentalis ''Religious Right''. Tidak terlihat terlalu jelas namun tetap masuk akal, dalam cahaya ilmu pengetahuan modern saya rasa ia akan melihat melalui kebohongan supernaturalis. Tetapi tentu saja, kerendahan hati akan mendorongnya untuk membalikkan kausnya: Yesus untuk Atheis. | ||
+ | |||
</div> | </div> |
Current revision as of 12:28, 29 April 2009
|
|